Batik Tulis Kustom Tembus Pasar Dunia

Sinergi dengan Jasa Logistik Untuk Jaga Kepercayaan Pelanggan

0 756

Semarang, generasipiknik.com – Batik di mata Irma Susanti (29) adalah hal yang mahal dan istimewa, lewat tangan dingin dalam mendesain motif batik, dia memilih batik tulis kustom. Membuat hanya satu desain motif untuk satu produk saja, tidak diperbanyak.

“Batik itu identitas bangsa, harus istimewa, jadi salah jika orang menilai batik itu murahan. Apalagi asal membuat,” cerita Irma Susanti, di acara KopiWriting Industri Kreatif di Era Digital, di Hotel Aston Inn Semarang, Kamis (30/8).

Kendati bisnis UMKM batiknya baru berumur satu tahunan, Identix sudah mendapat tempat di hati kustomernya. Banyak para artis, politikus, atlit, sampai bos-bos perusahaan besar mengorder kustom batik ciptaannya.

Wanita lulusan Fakultas Ilmu Sosiologi dan Antropologi Universitas Negeri Semarang ini menuturkan, jika kata Identix berasal dari serapan kata identitas, dimana pemakai produk batiknya akan sesuai dengan desain yang ia ciptakan.

“Mereka minta didesain motif batik berkarakter sesuai keinginannya, satu batik tulis kustom sold out dan tak lagi saya buat sehingga soulnya akan kuat,” ujar Irma yang juga jebolan Nanyang University Singapura Jurusan Arts and Design ini.

Tak puas batik sebagai fashion raja kandang, berbekal ilmu bangku perkuliahan, Irma mempelajari sosiologi dan antropologi budaya negara yang akan menjadi tujuan pasar internasionalnya.

“Awalnya saya jual via e-commerce dan online agar dilihat seluruh dunia, banyak kustomer dari Singapura, Spanyol, China, Turki, Jepang, berminat karena desainnya berkarakter dan jenis batik tulis kustom,” katanya.

Irma lantas meniatkan diri memperluas pangsa pasar dunia. Dia ingin gerai batik tulis Indonesia ada di luar negeri.

“Awal tahun depan akan buka gerai di Jepang, sebelumnya saya pelajari dulu budaya di sana, sisi sosiologi dan antropologinya paham sejarah dan apa yang dijunjung kearifan lokal setempat, untuk menentukan motif batik yang akan dibuat,” ujarnya.

Seperti di Jepang, Irma memilih berjalan menyusuri daerah di Kyoto Jepang, satu bulan ia pelajari budaya setempat terkait motif batiknya. Bahkan menetap tinggal milih di rumah warga setempat. Dia juga berencana akan buka gerai di New York AS.

“Kebetulan saya suka traveling, tiap nemu ide saya tuangkan dalam desain, di Jepang dan Turki sudah terkumpul beberapa motif lokal kegemaran masyarakatnya,” paparnya.

Sebagai test market, Irma membuat motif lokal beberapa negara tersebut, dia produksi batik tulis kustomnya lalu di jual di dunia lini masa. Sambutannya luar biasa.

“Motif Jepang saya ambil dari filosofi kimono, pada suka. Di Turki juga begitu, kombinasi batik, hijab, art, dan tak suka warna ramai dan batik pada suka,” ungkapnya.

Saat ini pangsa eksportnya menembus 40 persen market share-nya, seperti ke Turki, Jepang, Singapura, London dan beberapa negara Eropa. Harga yang ia jual paling murah Rp.500 ribu dan paling mahal sampai puluhan juta rupiah per lembar kain atau produk jadi.

“Sehari bisa kirim 70 pax ke luar negeri, kalau korporate dan lokal bisa ribuan pax,” ujarnya.

Tiap bulan Irma mengaku mampu meraup omzet penjualan antar Rp.400 juta sampai Rp.500 juta perbulan.

Mendunianya batik tulis kustom rupanya didengar pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Inggris di London, gayung bersambut, Identik Batix diajak pentas bareng fashion show di Potters Fields Park London Inggris dalam gelaran Indonesian Weekend, pada 8 – 9 September 2018.

“Saya disuruh menampilkan 12 koleksi batik tulis kustom, ini masih mengerjakan motif desainnya untuk khusus ditampilkan di London,” katanya.

Selama di London, lewat KBRI juga, Irma diberi kesempatan untuk menularkan dan mengenalkan ilmu batik tulis di Universitas Oxford London, termasuk promosi beberapa merchandise batik Indonesia.

Irma mengaku, karya desain motif batiknya sudah ribuan dan sudah dipatenkan agar tidak ditiru, motif ada dari seluruh kekayaan lokal di Indonesia ditambah koleksi motif dari beberapa negara.

“Ini batik tulis, kustom tak diproduksi banyak, jadi harus dipatenkan agar tak kalah dengan batik printing milik China,” tukasnya.

Untuk memperlancar distribusi pasar dunia, Irma berharap, produk kearifan lokal batik tulis kustomnya bisa dikombinasikan dengan teknologi logistik sebagai penopang distribusi pengiriman ke seluruh dunia.

“Cepat dan tepat dalam pengiriman penting, saya kerja sama dengan beberapa jasa expedisi logistik. Jadi barang malah diambil oleh expedisi untuk mempercepat distribusi,” katanya.

Sementara, Head of Marketing Communication PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Mayland Hendar Prasetyo menambahkan, untuk mempercepat proses pengiriman logistik ke luar negeri pihaknya membangun sistem Mega Hub dengan kapasitas 60 juta pengiriman perbulan.

“Sistemnya dengan robot dan teknologi pemetaan sortir dari kode pos dan kode wilayah paling kecil, sehingga lebih akurat dan cepat tersampaikan,” katanya.

Sistem itu sudah akan tersedia pada awal 2019, dengan pilot project di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, di Cengkareng. Kota lainnya akan menyusul, termasuk Semarang.

“Pasar Semarang ada 30 persen dari 20 juta kiriman perbulan nasional, 60 persennya sektor ritel termasuk UMKM dan online shopping sepeti Indentix Batik,” ujarnya.

Inovasi layanan lainnya yakni JNE Loyal Card (JLC), ada 1860 UMKM Semarang terdaftar JLC.

“JLC akan mencatat traffic UMKM transaksi pengiriman, ada poin pertransaksi dan bisa ditukarkan dengan jalan-jalan termasuk layanan naik helikopter dan Ferarri,” tukasnya. (win)

Leave A Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.