SEMARANG, generasipiknik.com – Kirab Paskah menjadi agenda tahunan di Kota Semarang. Bukan hanya umat Nasrani saja yang meramaikan, umat lainnya seperti Islam, Hindu, Budha, Konnghuchu dan lintas agama lainnya ikut dalam arak-arakan yang dimulai dari titik Nol Kilometer Kota Semarang sampai Halaman Balaikota Semarang, Jumat (26/4/2019).
Kirab itu diikuti sekitar 5.156 orang peserta karnaval dari pelajar sampai masyarakat umum lintas agama. Mereka mengarak aneka jenis karnaval yang bertema Paskah.

Uniknya, semua masyarakat Kota Lumpia ini antusias menyambut arak-arakan kirab tersebut, sepanjang jalan yang dilintasi berjubel masyarakat untuk menonton.
Dalam arak-arakan massa itu dbalut pelbagai kostum tampak menyampaikan pesan dari tema paskah tahun ini yakni ‘Paskah Untuk Kesejahteraan Semua’.

Diantaranya ada mobil hias Paskah, aksi teatrikal Paskah, sampai gunungan buah dan sayur sebagai lambang kesejahteraan pada Paskah tahun ini. Tak ketinggalan iringan marching band dan jenis alat musik lainnya.
Sebagai lambang persatuan, diarak pula bendera Merah Putih sepanjang 100 meter yang dibawa oleh ratusan pelajar. Masyarakat antar etnis yang ada di Semarang juga ada dalam barisan kirab.

Dalam arak-arakan tersebut, sejumlah orang juga melakukan visualisasi jalan salib Via Dolorosa, menggambarkan prosesi penyaliban Yesus yang biasa dilangsungkan pada Jumat Agung, atau dua hari menjelang Paskah yang berlangsung pada Minggu (28/4/2019).
Salah satu peserta Kirab Paskah, Yuktiasih Proborini mengaku senang dengan adanya kegiatan ini. Meski sekarang muslim namun bisa membaur dengan umat lainnya dengan hangat.
“Kekayaan Indonesia itu perbedaan tapi itu menjadi satu bersaudara di dalam Bhineka Tunggal Ika. Tuhan sebenarnya kan satu, hanya saja cara kita yang berbeda. Jadi, tidak ada salahnya ikut memeriahkam untuk menghormati umat kristiani,” kata perempuan berhijab itu.

Yuktiasih pun merasakan hangatnya kebersamaan itu, dengan kondisinya yang tak bisa berjalan sempurna dibantu kursi roda dengan didorong oleh seorang Suster Nasrani.
“Saya ingin menunjukkan kepada orang, ini loh kami beda agama, tapi bisa saling membantu, bersatu, sama-sama,” katanya yang ikut dari awal sampai finish dan dibantu oleh Suster tersebut.
Ketua Panitia Kirab Paskah, Rukma Setyabudi merasa senang dengan berkumpulnya semua umat agama pada Kitab Paskah tahun ini. Tak ada rasa perbedaan, apalagi usai Pemilu 2019.

“Paskah tahun ini sangat meriah, biarpun kita baru saja selesai melaksanakan pemilu, perbedaan yang ada lebur menjadi satu dalam kebersamaan perayaan Kirab Paskah ini,” kata Rukma yang juga Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah.
Kepada peserta kirab, Rukma juga berpesan paska pemilu dan saat ini masih berlangsung penghitungan suara, supaya menjaga persatuan, persahabatan, dan kerukunan antarumat dan warga.
“Pemilu hanya lima tahun sekali tidak boleh cederai persaudaraan dan persahabatan kita selama-lamanya,” imbaunya.

Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menambahkan jika Kota Semarang sangat kondusif meski adanya perbedaan yang tajam selama gelaran Pemilu 2019. Kirab Paskah menjadi contoh nyata kerukunan antar umat di Kota Semarang.
“Pemkot Semarang selalu menjaga keharmonisan antar umat beragama, hari ini ada Kirab Paskah bagi umat Nasrani. Sebentar lagi ada Karnaval Dugderan menyambut bukan puasa, ada juga Pawai Ogoh-Ogoh dalam merayakan hari besar umat Hindu, dan banyak lainnya,” kata wanita yang akrab disapa Mbak Ita.

Momen ini, lanjut Mbak Ita, menegaskan bahwa Kota Semarang merupakan kota yang harmonis, tidak ada gejolak meski kemajemukan mewarnai kehidupan di jantung ibu kota Jawa Tengah tersebut.
“Masyarakatnya hidup harmonis dalam kemajemukan. Tak membeda-bedakan suku, ras, dan agama. Hidup guyub rukun semuanya,” tukasnya. (win)